Rabu, 28 Januari 2015

makalah sex reversal

BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

     Dalam ilmu genetika ikan, modifikasi kelamin dikenal dengan istilah sex reversal atau pengarahankelamin. Dengan metode ini, jenis kelamin dapat diarahkan sesuai dengan keinginan; menjadi jantan ataubetina. Keputusan untuk menjantankan atau membetinakan ikan dapat didasarkan kepada harga jual atauperforma ikan akibat perbedaan kelamin. Untuk ikan tertentu, ikan jantan lebih diminati, dan begitusebaliknya. Untuk melakukan kegiatan ini, beberapa jenis hormon estrogen dan androgen dapat digunakan;masing-masing untuk pembetinaan dan penjantanan.Umumnya, proses sex reversal dilakukan secara oral atau melalui pakan dan melalui perendaman(dipping). Untuk fase larva, kita dapat melakukannya melalui oral dan atau dipping dan untuk fase telurdapat dilakukan dengan dipping. Pada beberapa jenis ikan yang lain, perlakuannya diterapkan pada saatsedang hamil atau bunting. Untuk yang terakhir ini (biasanya pada beberapa jenis ikan hias berukuran kecil),Anda dapat menerapkannya dengan cara merendam induk yang sedang bunting tersebut.
Sex reversal adalah proses memproduksi ikan Monosex atau memproduksi ikan dengan satu jeniskelamin yaitu jantan atau betina saja. Sex reversal dengan pemberian metiltestosteron dikenal cukup efektif untuk memproduksi populasi jantan. Pemberian metiltestosteron melalui oral (pakan) dianggap kurangefisien karena memerlukan dosis tinggi dan waktu pemberiannya relatif lebih lama walaupun tingkatkeberhasilan merubah kelamin jantan dapat mencapai 96  – 100%, sedangkan pemberian metiltestosteron melalui metode perendaman ( dipping )  lebih efisien karena dosis yang diberikan relatif kecil dan waktukontaknya lebih singkat walaupun tingkat keberhasilan merubah kelamin jantan dibawah 96% (Zairin, 2002),hal ini didukung oleh penelitian Priambodo (1998), pada ikan nila bahwa dengan dosis 0,9-1,2 dengan lamaperendaman dua jam sudah dapat merubah jenis kelaminnya.Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnyaberkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukanpada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas.Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex reversal mulai dikenal padatahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik iniditerapkan pada ikan guppy ( Poecilia reticulata
). Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang padaikan medaka ( Oryzias latipes Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan padaberbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapahari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan).Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yangmenunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting(Masduki, 2011).



























BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1. Pengertian sex reversal
    Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat  dalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika. Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kolam  cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah. Pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam. Contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair.Pada beberapa jenis ikan hias seperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantan daripada ikan betina. Dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina.
    Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni.
    Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata).Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan pada berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan).Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting.
          Sex reversal merupakan suatu teknik untuk mengubah jenis kelamin buatan dari ikan jantan menjadi ikna betina atau sebaliknya. Borg (1994) menyatakan bahwa sex reversal merupakan teknik pembalikan jenis kelamin pada saat diferensiasi kelamin, yaitu pada saat otak dan embrio masih berada pada keadaan bi-potential dalam pembentukan kelamin secara fenotipe (morfologis, tingkah laku dan fungsi). Perubahan kelamin secara buatan akan sempurna jika dilakukan pada saat mulainya proses diferensiasi kelamin dan berlanjut sampai diferensiasi kelamin terjadi
   Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek kromosomnya.  Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan. Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan:50% betina pada pemijahan pertama, dan 30% jantan:50% betina pada pemijahan berikutnya.
          Parthenogenesis adalah ovum yang tidak difertilisasi dapat diaktivasi dan berkembang menjadi individu normal Macrogini adalah perkembangan fragmen ovum. Fragmen atau potongan ovum dapat diperoleh dengan memotong ovum Andromerogani adalah perkembangan potongan ovum setelah terjadi fertilisasi yang tidak mengandung inti Parthenogenesis merogani adalah perkembangan potongan ovum tidak mengandung inti mengalami aktivasi ovum. Parthenogenesis dapat dilakukan di laboratorium antara lain dengan cara memasukkan jarum yang telah dicelup di dalam darah (cara klasik pada katak) Embrio dari hasil parthenogenesis yang dapat hidup umumnya adalah embrio diploid mungkin karena polar bodi IInya dipertahankan di dalam ovum Pada mammalia, semua individu parthenogenesis adalah betina.
          Laser akronim dari Light Amplificated Stimulated Emmision by Radiation atau Penguatan cahaya melalui emisi radiasi yang dirangsang dengan ditembakkannya pada titik akupunktur. Laser : alat penguatan cahaya yg memiliki atomatom-atom dalam keadaan tereksistasi, dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi lebih tinggi dengan proses tertentu sehingga dapat menghasilkan sinar dengan sifat : – Monokromatis (berkas cahaya yg dikeluarkan hanya memiliki satu panjang gelombang). Paralel (berkas cahaya ygdihasilkan selalu sejajar. Berarti berkas cahaya yg menyebar sangat sedikit sehingga memungkinkan laser dapat menempuh jarak yg jauh dengan mempertahankan intensitasnya) Berarti berkas cahaya yg menyebar sangat sedikit sehingga memungkinkan laser dapat menempuh jarak jauh dengan mempertahankan intensitasnya Koheren (semua gelombang energinya selalu oheren berada dalam satu fase yang sama /sefase ). Brightness (berkas cahaya yg ke luar memiliki tingkat kecerahan tinggi) karena berhubungan dengan sempitnya atau kecilnya diameter berkas cahaya laser Laser merupakan cahaya gelombang pendek yg dapat menimbulkan inhibisi dan biostimulasi pada jaringan biologi (Chester, 1991). Laser berkekuatan rendah dapat memberikan biostimulasi seperti dapat : – meningkatkan daya regenerasi saraf, baik sentral maupun perifer – meningkatkan aktifitas seluler – meningkatkan kemampuan untuk memproduksi hormon dan enzim (Ken dan Rose, 1989)
2.2. Metode Sex Reversal
1.  Hormon Steroid
         Salah satu teknik reversal adalah dengan memberikan hormon steroid pada fase labil kelamin. Pada beberapa spesies iakn teleost gonochoristic, fisiologo kelamin dapat dengan mudah dimanipulasi melalui pemberian hormone steroid.(piferrer et al. 1994). Nagy et al. (1981) menjelaskan bahwa keberhasilan manipulasi kelamin pada ikan menggunakan hormn dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu, dan cara pemberian hormon serta lingkungan tempat pemberian hormon dilakukan. Ditekankan oleh Hunter dan Donaldson (1983), bahwa keberhasilan pemberian hormone sangat tergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad dalam keadaan labil sehingga mudah dipengaruhi oleh hormon. Hrmon steroid yang dihasilkan oleh jaringan steroidogenik pada gonad terdiri atas hormone androgen untuk maskulinasi, esterogen untuk feminisasi dan progestin yang berhubungan dengan proses kehamilan (Hadley 1992).Namun pada tahap perkembangan gonad belum terdeferensiasi menjadi jantan atau betina, hormone steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan menggunakan hormone steroid sintetik (Hunter & Donaldson 1983).Salah satu jenis hrmon steroid sintetik yang banyak digunakan untuk proses sex reversal pada ikan (khususnya ikan nila) adalah hormon 17a-methyltestosterone(mt).Hormon 17a-methyltestosterone(mt) merupakan hormone androgen yang bersifat stabil dan mudah  dalam penanganan (Yamazaki 1983). Pemberiannya dapat dilakukan secara oral (Misnawati 1997), perendaman embrio alevin maupun larva (Laining 1995) maupun implantasi dan injeksi (Mirza & Shelton 1988).
2.  Aromatase dan Aromatase Inhibitor
           Selain dengan hormn steroid, diferensiasi kelamin juga dipengaruhi oleh ekspresi dari gen yang menghasilkan enzim aromatase (Patino 1997). Aromatase adalah enzim cytochrome P-450 yang mengkatalis perubahan dari androgen menjadi esterogen. Aktivitas enzim aromatase terbatas pada daerah dengan target estradiol dan berfungsi untuk mengatur jenis kelamin, reproduksi dan tingah laku (Callard et al. 1990). Ada 2 bentuk gen aromatsae pada ikan yaitu : aromatase otak dan armatase ovari. Aromatase ota berperan sebagai pengatur perilaku sex spesifik pada mamalia dan burung (Schlinger & Callard 1990, diacu dalam Melo & Ramsdell 2001) dan juga mengatur reproduksi pada ikan (Pasmanik et al. 1988, diacu dalam Melo & Ramsdell 2001).Aktivitas enzim aromatase pada otak teleostei 100-1000 kali lebih tinggi disbanding pada mamalia. Aktivitas enzim aromatase ovary kurang dari 1/10 kali aktivitas enzim aromatase otak. Fungsi cytocrome P-450 pada determinasi jenis kelamin telah teruji Karen merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam proses aromatisasi dari androstenedinione menjadi estrone atau testosterone menjadi estradiol 17ß. Aktivitas enzim aromatase berkorelasi dengan struktur gonad, yaitu larva dengan aktivitas aromatase rendah akan mengarah pada terbentuknya testis, sedangkan aktivitas aromatase yang tinggi akan mengarah pada terbentuknya ovary.
Aromatase inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja enzim aromatase dalam sintesis estrogen. Adanya penghambatan ini mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang mengarah kepada tidak aktifnya transkripsi gen aromatasenya sebagai feedbacknya (Server et al. 1999). Penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari betina menjadi menyerupai jantan (terjadi maskulinasi karakteristik seksual sekunder). Secara umum, aromatase inhibitor menghambat aktivitas enzim melalui 2 cara, yaitu dengan menghambat proses transkripsi gen aromatase sehingga mRNA tidak terbentuk dan sebagai konsekuensinya enzim aromatase tidak ada (Server et al 1999). Cara kedua adalah melalui cara bersaing dengan substrat selain testosterone sehingga aktivitas enzim aromatase tidak berjalan (Brodie 1991).








BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja enzim aromatase dalam sintesis Aromatase estrogen. Adanya penghambatan ini mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi estrogen yang mengarah kepada tidak aktifnya transkripsi gen aromatase sebagai  feedback-nya. Penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari betina menjadi menyerupai jantan, dengan kata lain terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder.
Pemberian hormon Aromatase Inhibitor (AI) dengan metode oral pada larva ikan nila merah ini dilakukan dengan tujuan sex reversal untuk penjantanan. Pemberian hormon ini dilakukan pada larva yang berumur 7-10 hari. Karena larva pada umur ini belum terjadi proses diferensiasi sex (belum pasti) jenis kelamin ikan.
Ikan yang telah dilakukan perangsangan hormon belum bisa di identifikasi jenis kelamin dengan mata terbuka. Sehingga ikan yang telah dilakukan proses perangsangan tersebut belum diketahui prosentase terjadinya jantan dan betina.
- See more at: http://bgnur.blogspot.com/2013/12/makalah-sex-reversal-bdp-pertanian.html#sthash.3yH3QPxa.dpuf














DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/86832256/Sex-Reversal-Pada-Ikan#scribd
http://angeladestalia.blogspot.com/2012/11/perlakuan-sex-reversal-pada-ikan-cupang.html
http://bgnur.blogspot.com/2013/12/makalah-sex-reversal-bdp-pertanian.html

LAPORAN biologi JARINGAN EPITEL



LAPORAN PRAKTIKUM JARINGAN EPITEL
LEMBAR PENGESAHAN

            Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul “Jaringan Epitel” yang disusun oleh:

Nama                          : Lasinrang Aditia
Nim                             : 60300112034
Kelas                           : Biologi B
Kelmpok                     : I (satu)

            Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

 Samata-Gowa, 09 Mei 2013

Kordinator Asisten                                                                              Asisten




 (Asbar Hamzah)                                                                          (Nur Puspita Sari)
   60300110006                                                                                 60300111043


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab




(Maisya Al Banna S.Si, M.Si)
A. Tujuan Praktikum
              Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengamati beberapa jenis jaringan epitel dan kelenjar.
B. Dasar Teori
              Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan. Bentuk jaringan epitel berupa lembaran selapis atau beberapa lapis. Jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang bentuknya sama, yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstraseluler atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel adalah salah satu dari empat jaringan dasar yaitu jaringan otot, jaringan ikat dan jaringan saraf. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel polihedral yang berkumpul dengan erat dengan sangat sedikit zat intersel. Pelekatan diantara sel-sel ini kuat, Jadi terbentuk lapisan-lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan melapisi rongga-rongganya (Umar, 2011: 59).
         Jaringan epitel terdiri dari sel-sel polyhedral yang berkumpul dengan erat dengan sangat sedikit zat intersel. Pelekatan diantara sel-sel ini kuat. Jadi, terbentuk lapisan-lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan melapisi rongga-rongganya. Jaringan epitel mempunyai fungsi utama, yaitu: menutupi dan melapisi permukaan (misal kulit), absorbsi (misal usus), sekresi (misal sel epitel kelenjar), sensoris (misal neuroepitel), dan kontraktil (misal sel mioepitel) (Yusminah, 2007: 76).
1. Epitel Pipih Selapis
                               Jaringan epitel pipih selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk  pipih. Sel-selnya tersusun sangat rapat. Terdapat pada jaringan epitelium pembuluh limfe, pembuluh darah kapiler dan ginjal. Berfungsi dalam proses filtrasi dan  sekresi.
2. Epitel Pipih Berlapis Banyak 
                                 Jaringan epitel pipih berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu sel yang berbentuk pipih. Sel-selnya tersusun sangat rapat. Terdapat pada jaringan epitelium rongga mulut dan vagina. Berfungsi sebagai pelindung.
3. Epitel Silindris Selapis 
                     Jaringan epitel silindris selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk silindris. Terdapat pada epitelium kelenjar pencernaan, kantung empedu, lambung dan usus. Berfungsi untuk penyerapan nutrisi di usus  dan sekresi.
4. Epitel Silindris Berlapis Banyak
          Berlapis Banyak Jaringan epitel silindris berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapis sel berbentuk silindria. Terdapat  pada   jaringan epitelium laring, trakea, dan kelenjar ludah. Berfungsi dalam sekresi dan sebagai pelindung.
5. Epitel Silindris Bersilia
          Epitel silindris bersilia berbentuk silindris banyak lapis dengan silia. Terletak pada rongga hidung. Berfungsi sebagai proteksi dan sekresi.
6. Epitel Kubus Selapis
          Jaringan epitel kubus selapis disusun oleh selapis sel yang berbentuk kubus. Terdapat pada epithelium permukaan ovarium, dan kelenjar tiroid. Berfungsi dalam sekresi dan sebagai pelindung.
7. Epitel Kubus Berlapis Banyak
          Jaringan epitel kubus berlapis banyak disusun oleh lebih dari satu lapis sel yang berbentuk kubus. Terdapat pada epitelium folikel ovarium, testis, dan kelenjar keringat. Berfungsi dalam sekresi dan absorpsi.
8. Epitel Transisi
          Jaringan epitel transisi disusun oleh berlapis-lapis sel. Jaringan ini tidak dapat dikelompokkan, Terdapat pada epitelium ureter, uretra, dan kantung kemih.


C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal                  : Selasa/30 April 2013
Waktu                           : 15.00-17.00 WITA
Tempat                          : Laboratorium Zoologi Lantai II
                                        Fakultas Sains dan Teknologi
                                        Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                                        Samata-Makassar
2. Alat dan Bahan
a. Alat
                   Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu mikroskop binokuler.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu preparat awetan kelenjar Adrenal, Intestine/usus halus, mammal kidney/ginjal, kulit mamalia, trakea kelinci dan pankreas.    
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati bahan satu persatu dibawah mikroskop.
3. Menggambar hasil pengamatan dan memperhatikan perbesaran yang telah digunakan, mewarnai dan memberi keterangan.
4. Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Jaringan epitel pipih selapis (Preparat mammal kidney)
              Perbesaran: 4 x 0,10

                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Nefron
                                                                                   2. Tubulus pembuluh
                                                                                   3. Kapsul bowman’s
                                                                                   4. Tubulus proksimal
                                                                                   5. Tubulus distal


b. Jaringan epitel selapis kubus (Preparat mammal kidney)
Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Nefron
                                                                                   2. Tubulus pembuluh
                                                                                   3. Kapsul bowman’s
                                                                                   4. Tubulus proksimal
                                                                                   5. Tubulus distal

c. Jaringan epitel selapis silindris (Preparat intestine)
              Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Vili-vili
                                                                                   2. Pembuluh kapiler
                                                                                   3. Sel pengabsorsi
                                                                                   4. Submukosa
                                                                                   5. Muskular




d. Jaringan epitel berlapis banyak palsu bersilia (Preparat trakea kelinci)
              Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Ciliata
                                                                                   2. Membar basal
                                                                                   3. Lumen
                                                                                   4. Nukleus


e. Jaringan epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk (Preparat kulit mamalia)
     Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Stratum lucidium
                                                                                   2. Cranula layer
                                                                                   3. Basal layer
                                                                                   4. Spiny layer
                                                                                   5. Stratum genimatvum

f. Kelenjar unisluler dan kelenjar multiseluler (Preparat intestine)
Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Brown’s gland
                                                                                   2. Muscularis
                                                                                   3. Mukosa
                                                                                   4. Submukosa



g. Kelenjar mukosa dan serosa (Preparat pankreas)
              Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Lumen
                                                                                   2. Inti sel (nukleus)
                                                                                   3. Membram basal
                                                                                   4. Sel goblet


h. Kelenjar adrenal (Preparat kelenjar adrenal)
              Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Kortisol
                                                                                   2. Aldosteron
                                                                                   3. Kromafin
                                                                                   4. Epinefrin


i.  Kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous (Preparat kulit mamalia)
              Perbesaran: 4 x 0,10
                                                                                   Keterangan:
                                                                                   1. Lemak
                                                                                   2. Kelenjar minyak
                                                                                   3. Kelenjar keringat
                                                                                   4. Kelenjar sebaceous




     2. Pembahasan
          a. Jaringan epitel pipih selapis
            Pada pengamatan pertama yaitu pada jaringan epitel pipih selapis dengan menggunakan preparat mammal kidney dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya nefron yang berfungsi sebagai tempat sekresi dan absorbsi, tubulus pembuluh yang berfungsi tempat aliran atau pembuluh darah, kapsul bowman’s yang berfungsi untuk menyaring darah dengan bantuan glomerulus, tubulus proksimal yang berfungsi untuk mengurangi filtrat glomerolus dengan cara reabsorpsi, dan tubulus distal yang berfungsi dalam pemekatan urin (Yusminah, 2007: 79).
          b. Jaringan epitel selapis kubus
              Pada pengamatan pertama yaitu pada jaringan epitel pipih selapis dengan menggunakan preparat mammal kidney dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya nefron yang berfungsi sebagai tempat sekresi dan absorbsi, tubulus pembuluh yang berfungsi tempat aliran atau pembuluh darah, kapsul bowman’s yang berfungsi untuk menyaring darah dengan bantuan glomerulus, tubulus proksimal yang berfungsi untuk mengurangi filtrat glomerolus dengan cara reabsorpsi, dan tubulus distal yang berfungsi dalam pemekatan urin (Yusminah, 2007: 80).             
          c. Jaringan epitel selapis silindris
              Pada pengamatan ketiga yaitu pada jaringan epitel selapis silindris dengan menggunakan preparat intestine dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya vili-vili yang berfungsi  memperluas permukaan usus untuk penyerapan nutrisi dan makanan, pembuluh kapiler yang berfungsi sebagai tempat alirran darah di usus, sel pengabsorbsi yang berfungsi untuk absorbsi, submukosa yang berfungsi sebagai pengatur kontraksi muskularis mukosa dan sekresi dari saluran pencernaan, dan muskular yang berfungsi sebagai otot usus (Yusminah, 2007: 80).

          d. Jaringan epitel berlapis banyak palsu bersilia
              Pada pengamatan keempat yaitu pada jaringan epitel banyak palsu bersilia dengan menggunakan preparat trakea kelinci dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya ciliata yang berfungsi sebagai pembantu gerakan zat-zat melewati permukaan, Membran basal merupakan selaput yang paling luar yang berfungsi melindungi sel, Lumen merupakan ruangan yang terletak diantara sel berfungsi untuk absorbsi, dan nukleus yang berfungsi sebagai pusat pengendali kerja sel (Yusminah, 2007: 81).
          e. Jaringan epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk
              Pada pengamatan kelima yaitu pada jaringan epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk dengan menggunakan preparat kulit mamalia dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya stratum lucidium yang berfungsi dalam pengecetan terhadap kulit, cranula layer yang berfungsi sebagai pelindung kulit, basal layer yang berfungsi melindungi sel, spiny layer yang berfungsi pelapis, dan stratum geminatvum yang berfungsi sebagai sel hidup karena lapisan ini  merupakan lapisan yang aktif membelah (Yusminah, 2007: 81).
f.  Kelenjar unisluler dan kelenjar multiseluler
                           Pada pengamatan keenam yaitu pada  Kelenjar unisluler dan kelenjar multiseluler dengan menggunakan preparat intestine dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya brown’s gland yang berfungsi sebagai penyaring darah, muscularis yang berfungsi sebagai otot pada usus, mukosa yang berfungsi untuk sekresi, dan submukosa yang berfungsi untuk sekresi (Yusminah, 2007: 87).
          g. Kelenjar mukosa dan serosa
                          Pada pengamatan ketujuh yaitu pada  Kelenjar mukosa dan serosa dengan menggunakan preparat pankreas dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya lumen yang berfungsi untuk absorbsi, inti sel yang berfungsi sebagai pusat kendali kegiatan sel, membram basal yang berfungsi pelindung sel, dan sel goblet yang berfungsi sel penghasil mukos atau lendir (Yusminah, 2007: 88).
          h. Kelenjar adrenal
                                      Pada pengamatan kedelapan yaitu pada  Kelenjar adrenal dengan menggunakan preparat kelenjar adrenal dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya kortisol yang berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan tubuh selama periode stres oleh sebab itu kortisol disebut juga sebagai “hormon stress”, aldosteron yang berfungsi untuk mengatur jumlah kalium dan natrium yang dilewatkan ke dalam urin, kromafin yang berfungsi mensintesis hormon epinefrin pada bagian medulla, dan epinefrin yang berfungsi meningkatkan denyut jantung dan melemaskan otot polos paru-paru atau singkatnya, membuat tubuh bersiap untuk melakukan pertempuran (Yusminah, 2007: 88).
          i.  Kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous
                          pengamatan kesembilan yaitu pada  Kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous dengan menggunakan preparat kulit mamalia dengan perbesaran 4 x 0,10 tampak terlihat adanya lemak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan, kelenjar minyak yang berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan kulit dan rambut, kelenjar keringat yang berfungsi pemicu keluarnya keringat, dan kelenjar sebaceous yang berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan kulit dan rambut (Yusminah, 2007: 90).
E. Kesimpulan dan Saran
              1. Kesimpulan
                     Adapun kesimpulan yang didapat pada pengamatan epitel yaitu pada jaringan epitel terdiri dari Jaringan epitel pipih selapis, Jaringan epitel selapis kubus, Jaringan epitel selapis silindris, Jaringan epitel berlapis banyak palsu bersilia, Jaringan epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk, Kelenjar unisluler dan kelenjar multiseluler, Kelenjar mukosa dan serosa, Kelenjar adrenal, dan Kelenjar keringat dan kelenjar sebaceous.
2. Saran
                         Adapun saran saya yaitu saat melakukan praktikum, sebaiknya semua praktikan lebih aktif dan teliti dalam melakukan pengamatan agar dapat mengamati bagian-bagian maupun bentuk berbagai jaringan epitel. Hal ini dilakukan agar tujuan dari praktikum ini dapat tercapai. Sebaiknya preparat atau bahan yang ada di laboratorium dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini dapat tercapai.








DAFTAR PUSTAKA
Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Huda, Syamsuri. Jaringan Epitel. http://unair.ac.id/syamsul.huda.pdf, (1 mei 2013).
Umar, Zulkarnaim. Buku Daras Struktur Hewan. Makassar: UIN Alauddin Press, 2011.